Laporan ini disusun oleh Tiger Research, membahas Hyperlane—protokol cross-chain permissionless yang menghubungkan lebih dari 150 blockchain, kerangka kerja keamanan modularnya, serta potensi transformasionalnya dalam menghapus hambatan integrasi di era interoperabilitas Web3.
TL;DR
Benar-benar permission less: Berbeda dengan protokol interoperabilitas lain yang memerlukan proses persetujuan atau sistem whitelist, Hyperlane memungkinkan pengembang untuk langsung terhubung dan melakukan deployment ke berbagai blockchain tanpa hambatan administratif, menghadirkan model onboarding yang sangat berbeda.
Keamanan modular yang fleksibel: Sementara bridges lain menerapkan model keamanan yang kaku, Hyperlane hadir dengan Interchain Security Module (ISM) yang memungkinkan setiap aplikasi mengatur kebutuhan keamanannya sendiri, dari tanda tangan validator sederhana hingga verifikasi berlapis—sehingga mendukung transaksi mikro berkecepatan tinggi maupun transfer aset bernilai tinggi dalam satu infrastruktur yang sama.
Arsitektur yang ramah pengembang: SDK TypeScript, alat CLI, dan dokumentasi lengkap dari Hyperlane menurunkan hambatan teknis integrasi antar-chain. Pengembang dapat menggunakan API sederhana tanpa perlu membuat implementasi khusus yang kompleks.
1. Titik Balik untuk Konektivitas Blockchain
Ekosistem blockchain tengah bergerak dari pembangunan yang terisolasi menuju integrasi yang sesungguhnya. Alih-alih membangun dalam lingkungan silo, kini semakin banyak proyek yang ingin terhubung dalam jaringan yang lebih luas.
Namun, integrasi yang ada saat ini masih bersifat manual dan terfragmentasi. Setiap proyek baru harus menjalin komunikasi langsung dengan jembatan atau penyedia interoperabilitas tertentu yang seringkali memerlukan biaya tinggi, waktu lama, dan proses administratif yang rumit. Hambatan struktural ini memperlambat partisipasi, bahkan bagi tim yang secara teknis sudah mumpuni, dan pada akhirnya menghambat skalabilitas seluruh ekosistem.
Masalah ini bukan hal baru. Di awal 1990-an, perusahaan-perusahaan besar beroperasi menggunakan intranet yang terisolasi, masing-masing dengan aturan dan sistem akses sendiri. Komunikasi antar jaringan memang mungkin dilakukan, tapi sangat teknis, memakan waktu, dan harus mendapat persetujuan kedua belah pihak.
Titik balik terjadi saat protokol standar seperti HTTP dan TCP/IP diperkenalkan—membuka akses permisionless ke jaringan Internet yang terintegrasi. Standar ini mendorong pertumbuhan eksponensial dan partisipasi global dengan menyederhanakan kerumitan teknis, sekaligus membuka jalan bagi revolusi digital.
Industri blockchain kini menghadapi titik balik serupa. Untuk memasuki fase inovasi berikutnya, kita perlu beranjak dari integrasi yang terbatas dan berbasis izin menuju konektivitas yang terstandarisasi dan terbuka. Menurunkan hambatan masuk bukan hanya pilihan—melainkan prasyarat untuk mendorong partisipasi luas dan inovasi yang merata di seluruh ekosistem.
2. Jawaban Hyperlane: Konektivitas Permissionless
2.1. Permissionless and Open-Source
Seperti dijelaskan sebelumnya, proyek blockchain baru selama ini menghadapi tantangan besar saat ingin bergabung dengan ekosistem yang sudah ada. Proses integrasi dengan jembatan (bridge) atau protokol interoperabilitas sering kali membutuhkan persetujuan yang rumit—meliputi peninjauan manual, evaluasi teknis, dan audit keamanan. Bahkan setelah semua persyaratan itu terpenuhi, biaya integrasi yang tinggi tetap menjadi hambatan yang tidak sedikit.
Hyperlane hadir untuk mengatasi kendala struktural tersebut dengan arsitektur permissionless—model yang sangat berbeda karena memungkinkan siapapun terhubung secara bebas. Syaratnya hanya satu: proyek tersebut harus kompatibel dengan lingkungan virtual machine (VM) yang didukung seperti Ethereum/EVM, Solana/SVM, atau Cosmos/CosmWasm. Jika kompatibilitas teknis terpenuhi, integrasi dapat dilakukan langsung tanpa proses persetujuan yang kompleks.
Hasilnya, hambatan masuk bagi proyek blockchain menjadi jauh lebih rendah. Proses yang sebelumnya membutuhkan waktu berbulan-bulan kini bisa dilakukan dalam hitungan menit—selama aspek teknisnya cocok. Tapi bagaimana sebenarnya proses integrasi permisionless ini bekerja?
Mari kita lihat contoh studi praktis melalui Ryan, seorang pengembang Web3. Ia sedang membangun proyek baru bernama Tiger, yang berjalan di mainnet-nya sendiri. Saat ini, pengguna di Tiger Chain hanya bisa beraktivitas dalam ekosistem Tiger dan tidak dapat berinteraksi dengan blockchain lain. Padahal, mereka ingin membawa aset dari Ethereum ke Tiger, dan sebaliknya, agar dapat mengakses likuiditas yang lebih luas. Untuk mewujudkan hal ini, Ryan harus menghubungkan Tiger dengan berbagai jaringan blockchain.
Langkah 1: Instalasi Hyperlane CLI
Ryan memulai dengan menginstal alat CLI (Command Line Interface) dari Hyperlane untuk menyiapkan lingkungan integrasi. Prosesnya sederhana—cukup menjalankan perintah: npm install @hyperlane-xyz/cli. Karena alat ini bersifat open-source, Ryan tidak perlu mendaftar atau meminta izin terlebih dahulu. Kemudahan akses ini menunjukkan inti nilai dari arsitektur milik Hyperlane.
Langkah 2: Deploy Mailbox dan ISM
Berikutnya, Ryan deploy dua komponen utama langsung ke Tiger Chain, yaitu: (1) Mailbox: smart contract untuk mengirim pesan antar-blockchain. dan (2) Interchain Security Module (ISM): Modul yang memverifikasi keaslian setiap pesan. Kedua komponen ini bersifat open-source dan dapat diakses publik, sehingga pengembang bebas mengintegrasikannya sesuai kebutuhan. Setelah terpasang, sistem siap diuji coba.
Step 3: Uji Kirim Pesan untuk Verifikasi
Ryan lalu mengirim pesan uji coba dari Tiger Chain ke Ethereum untuk memastikan integrasi berhasil. Dalam konteks ini, "pesan" bukan sekadar teks, tetapi instruksi eksekusi seperti: “Transfer 100 token $TIGER ke alamat Ethereum 0x123…” Adapun proses pengiriman berjalan sebagai berikut:
Tiger Chain mengirim pesan untuk mentransfer 100 $TIGER ke Ethereum.
Validator Hyperlane memverifikasi dan menandatangani pesan.
Relayer mengirimkan pesan yang telah ditandatangani ke Ethereum.
ISM di Ethereum memverifikasi dan mencairkan 100 $TIGER ke penerima.
Selama kedua chain memiliki Mailbox yang terpasang, tidak dibutuhkan konfigurasi tambahan. Pesan langsung dikirim, diverifikasi, dan dieksekusi. Uji coba yang berhasil menandakan integrasi sudah berjalan dengan benar.
Langkah 4: Daftarkan di Public Registry
Langkah terakhir, Ryan mendaftarkan detail koneksi Tiger Chain ke Hyperlane registry, yaitu direktori publik berbasis GitHub yang mencatat informasi semua chain yang terhubung—seperti domain ID dan alamat Mailbox. Tujuan direktori ini adalah agar pengembang lain dapat dengan mudah menemukan data teknis Tiger Chain dan melakukan integrasi silang. Fungsinya seperti buku telepon—sekali terdaftar, siapa pun bisa mencari dan menghubungi Tiger Chain. Dengan satu kali registrasi, Tiger Chain langsung terhubung dengan efek jaringan (network effects) penuh dari ekosistem Hyperlane.
Prinsip dasar dari arsitektur ini sederhana namun kuat: siapa pun bisa terhubung tanpa perlu izin, dan chain mana pun bisa digunakan sebagai tujuan pengiriman pesan.
Model ini dapat dipahami dengan analogi sederhana: email. Siapa pun bisa mengirim email ke alamat mana pun di dunia tanpa harus berkoordinasi terlebih dahulu. Demikian juga, Hyperlane memungkinkan setiap blockchain berkomunikasi dengan chain lain selama mereka memiliki Mailbox yang terpasang. Hyperlane menciptakan lingkungan di mana konektivitas permissionless menjadi standar, sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh sistem tradisional yang berbasis persetujuan.
2.2. Multi-VM Compatibility
Sejak awal, Hyperlane dirancang dengan arsitektur modular untuk mendukung berbagai lingkungan virtual machine (VM). Saat ini, Hyperlane telah memungkinkan interoperabilitas lintas Ethereum (EVM), CosmWasm untuk jaringan berbasis Cosmos SDK, dan Solana (SVM), serta sedang dalam pengembangan dukungan untuk chain berbasis Move.
Menghubungkan berbagai lingkungan VM bukanlah hal yang sederhana. Setiap blockchain memiliki model eksekusi, struktur data, mekanisme konsensus, dan standar aset yang berbeda. Untuk mencapai interoperabilitas lintas sistem yang sangat berbeda ini, dibutuhkan kerangka kerja khusus yang mampu menerjemahkan arsitektur yang saling tidak kompatibel.
Sebagai contoh, EVM in Ethereum mendukung hingga 18 desimal, sementara SVM in Solana hanya menggunakan 9 desimal. Menyatukan perbedaan teknis kecil seperti ini tanpa mengorbankan keamanan dan keandalan adalah salah satu pencapaian teknis utama Hyperlane.
Untuk menjawab tantangan ini, Hyperlane memperkenalkan Hyperlane Warp Route , yaitu jembatan aset lintas-chain modular yang memungkinkan transfer token secara permisionless antar blockchain, sekaligus mendukung pergerakan berbagai aset di lingkungan VM yang berbeda.
Secara sederhana, Warp Route menyesuaikan fungsinya dengan jenis aset dan kebutuhan pengguna. Kadang berfungsi seperti vault, kadang seperti currency exchange, atau juga seperti wire transfer. Setiap jenis rute menawarkan metode yang paling sesuai untuk setiap skenario. Semua proses ini berjalan antar lingkungan VM yang berbeda menggunakan sistem interchain messaging milik Hyperlane. Jenis Warp Route yang disediakan Hyperlane antara lain:
Native Token Warp Routes: Memungkinkan transfer langsung gas token asli (misalnya ETH) antar-chain tanpa perlu proses wrapping.
Collateral-Backed ERC20: Mengunci token ERC20 sebagai jaminan di chain asal untuk proses transfer lintas-chain.
Synthetic ERC20: Mencetak token ERC20 baru di jaringan tujuan sebagai representasi dari token asli.
Multi-Collateral Warp Routes: Memungkinkan likuiditas bersumber dari berbagai jenis token jaminan.
Specialized Warp Routes: Mengakomodasi fitur-fitur lanjutan atau integrasi dengan kasus penggunaan khusus (misalnya vault, token yang didukung fiat, dll).
Mari kita like contoh penerapan model lock-and-mint. Seorang pengembang bernama Ryan ingin mentransfer token Tiger ($TIGER) yang diterbitkan di Ethereum ke jaringan Base.
Pertama, Ryan deploy kontrak Warp Route dari Hyperlane di Ethereum dan menyimpan token $TIGER ke dalam kontrak (EvmHypCollateral). Mailbox Ethereum kemudian membuat dan mengirim pesan ke jaringan Base, yang berisi perintah untuk mencetak versi wrapped dari token tersebut.
Setelah menerima pesan, jaringan Base memverifikasi keasliannya menggunakan Interchain Security Module (ISM). Jika verifikasi berhasil, jaringan Base mencetak token wrapped ($wTIGER) ke wallet pengguna.
Hyperlane Warp Route memainkan peran kunci dalam mewujudkan visi Hyperlane tentang interoperabilitas modular dan permisionless. Pengembang hanya perlu menyesuaikan kontrak berdasarkan karakteristik chain yang digunakan. Proses lainnya mulai dari pengiriman pesan, verifikasi, hingga eksekusi yang ditangani oleh infrastruktur Hyperlane, sehingga pengembang tidak perlu menangani kompleksitas lintas lingkungan secara manual.
2.3. Keamanan Modular: Interchain Security Module
Kemampuan Hyperlane untuk mengirim pesan dan aset lintas-chain secara mulus adalah keunggulan utama dalam hal skalabilitas. Namun, hal ini juga memunculkan tantangan kritis: bagaimana sebuah chain dapat memastikan bahwa pesan yang diterima benar-benar berasal dari sumber yang diklaim? Mengirim pesan adalah satu hal untuk membuktikan keasliannya adalah hal yang lain.
Untuk menjawab tantangan ini, Hyperlane memperkenalkan Interchain Security Module (ISM) — sistem keamanan modular yang memverifikasi keaslian pesan sebelum diterima oleh chain tujuan. ISM adalah kontrak pintar on-chain yang memastikan bahwa pesan benar-benar dibuat oleh chain asal, sehingga memberikan jaminan keaslian dan tahan terhadap pemalsuan.
Sederhananya, ketika Mailbox di chain tujuan menerima pesan, ia akan terlebih dahulu bertanya: “Apakah pesan ini benar-benar berasal dari chain asal?” Pesan hanya akan diteruskan ke tujuan jika lolos verifikasi. Jika verifikasi gagal atau terindikasi mencurigakan, pesan otomatis ditolak.
Proses ini mirip dengan sistem imigrasi saat kita bepergian antarnegara. Sebelum seseorang diizinkan masuk ke negara tujuan, petugas imigrasi akan memverifikasi keaslian paspornya—"Apakah paspor ini benar-benar dikeluarkan oleh negara asal?" Paspor tersebut memiliki fitur anti-pemalsuan dan elemen kriptografi untuk membuktikan keasliannya. Meskipun siapa pun bisa membuat dokumen palsu, hanya paspor yang dapat membuktikan asal-usulnya secara kriptografis yang akan diterima.
Yang terpenting, ISM bersifat fleksibel dan dapat dikonfigurasi sesuai kebutuhan keamanan tiap aplikasi . Dalam praktiknya, kebutuhan keamanan sangat bervariasi tergantung konteks. Misalnya, transfer token dengan nilai kecil cukup divalidasi dengan tanda tangan validator sederhana agar cepat dieksekusi. Sebaliknya, transfer aset dengan nilai jutaan dolar mungkin memerlukan pendekatan keamanan berlapis menggabungkan validator Hyperlane, jembatan eksternal seperti Wormhole, dan verifikasi multisig tambahan.
Dengan cara ini, kerangka ISM mencerminkan keputusan desain yang penting: Hyperlane memprioritaskan konektivitas dan keamanan melalui sistem verifikasi modular . Aplikasi dapat menyesuaikan model keamananya sendiri sambil tetap mempertahankan sifat tanpa izin dari protokol ini.
3. Alat Pengembang dan Aksesibilitas: Cara Termudah untuk Terhubung
Hyperlane memprioritaskan pengalaman pengembang dengan menghadirkan tingkat aksesibilitas dan kemudahan penggunaan yang tinggi. Interface baris perintah (CLI) dan software development kit (SDK) berbasis TypeScript menjadi alat utama untuk mengintegrasikan jaringan baru ke dalam ekosistem Hyperlane, mengirim pesan antar-chain, dan mengkonfigurasi Warp Route Hyperlane.
Baik CLI maupun SDK bersifat open-source sepenuhnya dan dapat digunakan oleh siapa pun. Pengembang dapat langsung mengunduh kode dari GitHub dan mulai melakukan integrasi tanpa memerlukan lisensi atau persetujuan apa pun. Dokumentasi resmi juga menyediakan tutorial langkah demi langkah yang membuatnya mudah diakses, bahkan oleh pengembang dengan pengalaman terbatas di dunia blockchain.
3.1. Hyperlane CLI: Alat untuk Integrasi Langsung
Hyperlane CLI adalah alat baris perintah resmi yang dirancang untuk memungkinkan pengembang melakukan deploy dan berinteraksi dengan kontrak Hyperlane melalui perintah sederhana. CLI ini memungkinkan berbagai tindakan penting—mulai dari deploy Hyperlane ke jaringan baru, membuat Warp Route, hingga menguji pengiriman pesan antar-chain—semuanya dapat dilakukan hanya dengan satu perintah. Contoh fungsinya meliputi:
Registrasi informasi chain: Mendefinisikan nama chain, alamat, dan domain ID
Deploy komponen inti: Memasang Mailbox dan ISM secara otomatis
Pengujian pengiriman pesan: Mengirim pesan uji antar chain yang telah terhubung
3.2. Hyperlane SDK: Toolkit untuk Integrasi dan Otomatisasi
Hyperlane SDK adalah toolkit pengembangan berbasis TypeScript yang menyederhanakan implementasi interchain messaging. SDK ini memungkinkan pengembang untuk mengirim pesan, memverifikasi status pesan, dan berinteraksi lintas chain hanya dengan beberapa baris kode.
Alih-alih harus menulis logika kustom untuk pengiriman dan verifikasi pesan, pengembang cukup menggunakan fungsi yang sudah tersedia dalam SDK—seperti transferRemote() untuk transfer token dan dispatch() untuk mengirim pesan. SDK ini bertindak sebagai kotak alat siap pakai yang mempercepat integrasi dan meminimalkan kompleksitas.
Dengan kemampuannya untuk mempercepat adopsi interchain messaging, SDK menjadi elemen penting dalam mewujudkan desain permissionless dari Hyperlane. Seperti halnya API pembayaran seperti Stripe memungkinkan pengembang menambahkan fitur pembayaran tanpa membangun infrastruktur perbankan, Hyperlane SDK menghadirkan kemudahan serupa untuk komunikasi lintas blockchain.
3.3. Hyperlane NEXUS: Cross-Chain Bridge yang Ramah Pengguna
Bagi non-pengembang, Hyperlane juga menghadirkan kegunaannya melalui Hyperlane Nexus—jembatan antar-chain yang dibangun menggunakan infrastruktur Hyperlane. Hyperlane Nexus menghubungkan berbagai blockchain (seperti Ethereum, Solana, Eclipse, dll.) dalam satu antarmuka, memberikan cara mudah bagi pengguna untuk memindahkan aset antar chain menggunakan teknologi Hyperlane.
4. Arah Perkembangan Hyperlane ke Depan
Hyperlane menunjukkan pertumbuhan pesat sejak peluncuran testnet pada paruh kedua tahun 2022. Awalnya dikenal dengan nama Abacus, proyek ini berganti nama menjadi Hyperlane pada akhir 2022 dan mulai menjalankan strategi ekspansi ekosistem secara agresif.
Tahun 2023 menjadi fase penting dalam pengembangan teknis. Tim Hyperlane memperkenalkan modular security stack yang memungkinkan pengaturan keamanan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing chain. Di waktu yang sama, sistem permissionless deployment juga diperkenalkan, memungkinkan siapapun menghubungkan jaringan baru tanpa perlu persetujuan.
Berbagai upaya juga dilakukan untuk menyederhanakan pengalaman pengembang. Hyperlane berhasil mempermudah proses komunikasi lintas-chain yang sebelumnya kompleks, sehingga lebih mudah untuk membangun aplikasi multi-chain. Melalui integrasi dengan proyek-proyek besar seperti Circle, Hyperlane juga berhasil memperluas ekosistemnya secara signifikan.
4.1. Siap untuk Pertumbuhan Eksponensial
Saat ini, Hyperlane telah mendukung lebih dari 150 jaringan blockchain, termasuk Ethereum, Solana, dan Avalanche. Dengan nilai aset yang telah dipindahkan mencapai miliaran dolar, protokol ini telah melewati tahap eksperimental dan memasuki tahap komersialisasi penuh.
Salah satu tren penting yang muncul adalah efek jaringan (network effect). Semakin banyak chain yang terhubung ke Hyperlane, semakin besar insentif bagi chain lain untuk bergabung. Pendatang baru bisa langsung mengakses likuiditas, basis pengguna, dan interoperabilitas dari jaringan yang telah terhubung. Pengembang lebih memilih infrastruktur dengan kompatibilitas luas, sementara pengguna mencari fleksibilitas dan kegunaan lintas aset.
Dua keunggulan utama yang mendorong pertumbuhan Hyperlane:
Konektivitas tak tertandingi ke 150+ chain, jauh melebihi pesaingnya.
Arsitektur tanpa izin (permissionless) yang sangat menurunkan hambatan integrasi dan mempercepat ekspansi ekosistem.
Kombinasi keduanya memberikan Hyperlane jalur pertumbuhan struktural yang jauh lebih unggul dibanding solusi interoperabilitas konvensional.
4.2. Meningkatkan Kegunaan Token $HYPER
Pasca peluncuran token $HYPER pada April 2025, tantangan utama Hyperlane adalah memastikan bahwa token tersebut memiliki utilitas jangka panjang. Pertanyaan pentingnya adalah: Bisakah $HYPER berkembang dari sekadar aset spekulatif menjadi bagian fungsional inti dari operasional protokol?
Hyperlane memperkenalkan program Expansion Rewards untuk memastikan pengguna aktif mendapat insentif yang sepadan. Sebanyak 25,5% dari total suplai token dialokasikan untuk program ini dan dibagikan setiap tiga bulan, berdasarkan aktivitas penggunaan protokol. Pengguna mengumpulkan poin berdasarkan aktivitas mereka, yang kemudian dikonversi menjadi token sebagai imbalan. Sistem ini mirip dengan program rewards kartu kredit—semakin sering digunakan, semakin banyak imbalan yang didapat. Dua mekanisme bonus menambah insentif ini:
Chain Bonus: Tambahan 25% reward untuk transaksi di jaringan yang menjadikan Hyperlane sebagai jembatan utama.
Long-Term Holding Bonus: Hingga 60% reward tambahan untuk pengguna yang terus menyimpan stHYPER (versi staking dari $HYPER).
Model ini mendorong baik penggunaan intensif maupun partisipasi jangka panjang—menjadikan pengguna setia sebagai pemilik kepentingan ekonomi dalam pertumbuhan protokol.
Namun, model utilitas terfokus juga membawa risiko. Karena $HYPER bergantung pada penggunaan Hyperlane sebagai protokol interoperabilitas, penurunan permintaan terhadap jembatan atau aktivitas lintas-chain dapat langsung memengaruhi permintaan token. Oleh karena itu, pemantauan terus menerus terhadap kondisi pasar dan tren penggunaan sangat penting.
Peningkatan penggunaan mendorong lebih banyak jaringan untuk terintegrasi.
Ekspansi jaringan menciptakan lebih banyak opsi lintas-rantai bagi pengguna.
Lebih banyak pilihan mempercepat akuisisi pengguna baru
Bagi jaringan seperti Hyperlane yang tengah mengalami ekspansi cepat ke berbagai chain, struktur insentif ini dapat secara signifikan meningkatkan kepuasan pengguna dan menjadi katalis bagi pertumbuhan lebih lanjut.
Namun, model utilitas yang terkonsentrasi juga membawa risiko. Mengingat use case utama $HYPER terfokus pada protokol interoperabilitas Hyperlane, penurunan permintaan terhadap jembatan lintas-rantai atau aktivitas cross-chain secara umum dapat berdampak langsung pada permintaan token. Oleh karena itu, pemantauan berkelanjutan terhadap kondisi pasar dan tren penggunaan menjadi sangat krusial.
Fungsi inti lain dari $HYPER adalah untuk menjamin keamanan jaringan. Pengguna dapat melakukan staking $HYPER untuk mendapatkan stHYPER, token likuid yang menjadi dasar keamanan ekonomi ISM default milik Hyperlane. Validator yang memverifikasi pesan lintas-chain akan menerima reward staking jika validasi benar. Namun jika mereka menandatangani pesan tidak sah atau bersikap jahat, token yang di-stake akan terkena pemotongan (slashing), dan hasilnya digunakan untuk mengganti kerugian pengguna.
Tujuan akhirnya adalah menjadikan $HYPER lebih dari sekadar aset transaksi. Dengan menyelaraskan insentif penggunaan, keamanan berbasis staking, dan partisipasi jangka panjang, token ini menjadi fondasi ekosistem Hyperlane. Arsitektur ini membentuk siklus penguatan diri:
Penggunaan protokol yang lebih besar menghasilkan distribusi $HYPER yang lebih luas
Peningkatan staking memperkuat keamanan jaringan
Keandalan yang lebih tinggi menarik lebih banyak pengguna dan jaringan
Apabila mekanisme ini berjalan sesuai rencana, $HYPER akan menjadi elemen kunci dalam operasional dan keamanan jaringan, serta menjadi fondasi bagi keberlanjutan dan pertumbuhan ekosistem Hyperlane secara menyeluruh.
4.3. Memperkuat Keamanan
Salah satu pencapaian paling mengesankan Hyperlane adalah kemampuannya menjaga stabilitas operasional tanpa insiden keamanan besar hingga saat ini. Ini dicapai melalui manajemen stabil terhadap grup validator multisig dan pendekatan konservatif terhadap konfigurasi default.
Keamanan tetap menjadi prioritas utama. Melalui program bug bounty, Hyperlane menawarkan imbalan hingga $2,5 juta bagi siapa pun yang menemukan kerentanan kritis pada smart contract mereka. Program ini terbukti efektif dalam melibatkan komunitas keamanan secara aktif.
Namun, risiko tetap ada—terutama karena protokol ini bersifat open-source dan permissionless. Pemantauan berkelanjutan sangat penting, terutama saat pengguna melakukan kustomisasi modul sendiri yang bisa membuka celah keamanan yang tidak terduga.
4.4. Menuju Infrastruktur Inti Era Web3 yang Interoperabel
Saat interoperabilitas menjadi kebutuhan dasar dalam Web3, kemajuan Hyperlane menjadi semakin penting. Jika visinya tercapai, pengguna akan bisa mengakses layanan berbasis blockchain tanpa harus peduli dengan chain apa yang digunakan di balik layar.
Ini merupakan cetak biru menuju ekosistem blockchain yang benar-benar terhubung. Di titik kritis ini, langkah Hyperlane selanjutnya akan menentukan sejauh mana visi ini dapat diwujudkan sepenuhnya.
🐯 Lainnya dari Tiger Research
Telusuri lebih lanjut laporan yang relevan dengan topik ini:
The Open Gaming Manifesto: How B3 Will Save the Web3 Gaming Industry
Chromia's Vector Database: A Pioneering Convergence of AI and Blockchain
Disclaimer
Laporan ini sebagian didanai oleh Hyperlane namun disusun secara independen oleh tim peneliti kami menggunakan sumber-sumber kredibel yang tersedia untuk publik. Analisis, temuan, dan opini yang disampaikan didasarkan pada informasi yang tersedia pada saat publikasi dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan. Kami tidak memberikan jaminan atas keakuratan, kelengkapan, atau keandalan konten laporan ini. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan yang timbul dari penggunaan laporan ini atau isinya. Pandangan yang disampaikan dapat berbeda
Laporan ini disusun semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak dimaksudkan sebagai nasihat hukum, bisnis, investasi, maupun pajak. Referensi terhadap sekuritas atau aset digital bersifat ilustratif dan tidak dapat dianggap sebagai rekomendasi investasi atau penawaran. Materi ini tidak ditujukan untuk investor.
Ketentuan Penggunaan
Tiger Research mengizinkan penggunaan wajar atas report yang telah disusun dan diterbitkan. 'Penggunaan wajar' adalah prinsip yang mengizinkan penggunaan sebagian konten untuk kepentingan publik, selama tidak merugikan nilai komersial materi tersebut. Jika penggunaan sesuai dengan prinsip ini, laporan dapat digunakan tanpa memerlukan izin terlebih dahulu. Namun, saat mengutip laporan Tiger Research, Anda diwajibkan untuk:
Menyebutkan dengan jelas 'Tiger Research' sebagai sumber.
Menyertakan logo Tiger Research (hitam/putih).
Jika materi akan disusun ulang dan diterbitkan kembali, diperlukan persetujuan terpisah. Penggunaan laporan tanpa izin dapat mengakibatkan tindakan hukum.