Ekspansi Robinhood dan Coinbase ke Asia
Hubungkan Timur dan Barat, Antara Strategi dan Tantangan
Laporan ini disusun oleh Tiger Research, menganalisis ekspansi strategis exchanges kripto dari Barat seperti Robinhood dan Coinbase ke pasar Asia, pendekatan lokalisasi mereka, serta dinamika persaingan dengan pemain regional.
TL;DR
Exchanges kripto Barat Bidik Asia: Perusahaan seperti Robinhood dan Coinbase memperluas eksistensinya di Asia dengan memanfaatkan titik yang ramah regulasi dan menerapkan strategi lokalisasi.
Pemain Regional Tetap Unggul: Exchanges lokal mempertahankan keunggulan kompetitif mereka berkat posisi pasar yang kuat, menjadikannya pesaing berat bagi exchanges Barat yang mencoba peruntungan di pasar Asia.
Lokalisasi Jadi Faktor Kunci: Keberhasilan bergantung pada kemitraan dengan institusi keuangan, kepatuhan terhadap regulasi, dan penawaran produk yang disesuaikan dengan perilaku pengguna lokal.
1. Menavigasi Dinamika Timur-Barat di Pasar Kripto
Asia memainkan peran dominan dalam aktivitas kripto global, terlihat dari volume perdagangan, adopsi ritel, hingga inovasi institusional. Dengan ekonomi yang dinamis dan partisipasi ritel yang kuat, kawasan ini telah menjadi pusat utama dalam lanskap kripto global.
Saat ini, beberapa exchanges Barat menghadapi kejenuhan di pasar domestik mereka dan mulai melirik Asia sebagai wilayah ekspansi berikutnya. Rencana Robinhood untuk membuka kantor pusat di Singapura serta langkah Coinbase dalam memperkenalkan stablecoin lokal di Asia Tenggara menegaskan betapa strategisnya kawasan ini.
Namun, pasar yang mereka incar telah memiliki exchanges kripto lokal di masing-masing negara dengan tingkat adopsi pengguna yang tinggi, sementara pemain global seperti Binance juga menguasai pangsa pasar yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa ekspansi perusahaan Barat akan menghadapi persaingan yang ketat.
Laporan ini mengulas dinamika kompetisi yang terus berkembang di pasar kripto Asia, termasuk strategi ekspansi pemain Barat dan regional, tantangan yang mereka hadapi, serta peluang kolaborasi yang muncul dalam ekosistem yang berkembang pesat.
2. Perjalanan Pemain Barat ke Pasar Asia
2.1. Pendekatan Regulatif Robinhood dalam Industri Keuangan
Robinhood memperluas bisnisnya ke Singapura sebagai langkah strategis memperkuat posisinya di pasar aset digital Asia. Akuisisi Bitstamp senilai $200 juta memberi keuntungan regulasi, memungkinkan Robinhood beroperasi di bawah ekosistem yang ramah kripto.
Menurut Bloomberg, Robinhood akan meluncurkan layanan kripto di Singapura pada 2025 melalui entitas baru. Meski akuisisi Bitstamp belum rampung, persetujuan prinsip dari MAS memperlancar ekspansi ini.
Robinhood menonjol dengan strategi kepatuhan regulasi, membedakannya dari platform global dan menarik investor ritel serta institusional. Ekspansi ini juga sejalan dengan upaya perusahaan yang telah meluncurkan layanan kripto di Eropa dan perdagangan opsi di Inggris.
Singapura dipilih karena regulasi yang transparan, dasar modal institusional yang kuat, dan meningkatnya adopsi kripto. Langkah ini mencerminkan tren exchanges kripto Barat yang menggunakan Singapura sebagai pintu masuk sebelum merambah pasar Asia lainnya.
2.2. Strategi Stablecoin dan Infrastruktur Coinbase
Coinbase memperluas kehadirannya di Asia Tenggara melalui pendekatan stablecoin, selaras dengan inisiatif Thailand dan Filipina yang mengembangkan stablecoin lokal. Thailand menguji stablecoin melalui Phuket Sandbox Initiative, sementara Bank Sentral Filipina telah menyetujui proyek percontohan stablecoin peso.
Untuk memperkuat strategi ini, SCB 10X meluncurkan Ruby Wallet berbasis teknologi Base dari Coinbase. Wallet ini menggunakan infrastruktur Fireblocks dan mendukung stablecoin Baht Thailand ($THBX) serta dolar AS, mempercepat pengembangan ekosistem stablecoin regional.
Selain itu, Coinbase telah mengintegrasikan Transak sejak 2022, memungkinkan pembelian kripto dengan mata uang lokal. Strategi ekspansinya lebih berfokus pada wallet digital dan jaringan Base, berbeda dengan Robinhood yang memperluas bisnis exchanges secara langsung.
Coinbase memilih membangun infrastruktur keuangan daripada bersaing langsung dengan exchanges regional yang sudah dominan. Case Coinbase dan Robinhood mencerminkan dua pendekatan berbeda: satu menitikberatkan kepatuhan regulasi dan investor institusional, sementara yang lain fokus pada adopsi stablecoin dan pengembangan infrastruktur. Keberhasilan keduanya bergantung pada kemampuan menavigasi regulasi dan persaingan di pasar Asia.
3. Dinamika Pasar: Dominasi Pemain Lokal dan Masuknya Perusahaan Barat
Lanskap regulasi yang beragam di Asia telah menciptakan kondisi dimana exchanges kripto lokal mendominasi di beberapa wilayah, sementara exchanges global berkembang pesat di wilayah lainnya. Memahami struktur pasar yang berbeda ini menjadi krusial bagi perusahaan kripto Barat yang ingin berekspansi di kawasan ini.
3.1. Dominasi Pemain Lokal
Dominasi Exchanges Lokal di Korea Selatan: Korea Selatan menjadi contoh nyata dominasi perusahaan exchanges lokal dari regulasi yang ketat. Platform seperti Upbit dan Bithumb berhasil berkembang dengan mematuhi berbagai regulasi, termasuk ketentuan travel rule dan persyaratan pelaporan keuangan. Hambatan regulasi yang tinggi membuat pasar Korea Selatan menjadi tantangan besar bagi Barat, kecuali jika mereka berinvestasi besar dalam perizinan dan kepatuhan
Regulasi Ketat Jepang Perkuat Exchanges Lokal: BitFlyer dan Coincheck tetap mendominasi di bawah pengawasan ketat Financial Services Agency (FSA). Dengan persyaratan lisensi yang ketat, hanya entitas yang mematuhi regulasi tinggi yang diizinkan beroperasi. Exchanges asing seperti KuCoin dan Bybit telah menerima peringatan regulasi, menyoroti hambatan yang dihadapi perusahaan Barat dalam memasuki pasar Jepang.
Strategi Mitra Lokal di Thailand: Binance berhasil memasuki pasar Thailand melalui kemitraan strategis dengan Gulf Energy, konglomerat besar di negara tersebut. Bersama-sama, mereka membentuk perusahaan urunan untuk meluncurkan exchanges aset digital yang teregulasi. Kolaborasi ini membantu Binance memperoleh persetujuan lisensi dari Thai Securities and Exchange Commission (SEC), memanfaatkan hubungan bisnis Gulf Energy untuk mematuhi regulasi lokal.
Kemitraan strategis menawarkan jalur masuk yang lebih terukur dan patuh bagi exchanges asing ke pasar dengan regulasi ketat. Dengan bekerja sama dengan perusahaan lokal yang berpengaruh, exchanges asing dapat mengurangi gesekan regulasi dan memanfaatkan jaringan bisnis yang sudah ada. Alih-alih bersaing langsung dengan pemain lokal yang dominan, exchanges kripto Barat dapat meraih kesuksesan lebih besar di Asia melalui kemitraan strategis, layanan institusional, atau produk keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar regional.
3.2. Dominasi Exchanges Global
Vietnam menghadirkan tantangan unik bagi exchanges kripto karena ketidakjelasan regulasi yang membatasi perkembangan platform lokal. Tingginya pajak juga mendorong investor beralih ke platform global. Dalam kekosongan regulasi ini, exchanges seperti Binance, OKX, dan Bybit telah memperluas pengaruh mereka dengan menawarkan biaya rendah dan layanan P2P, memenuhi kebutuhan pengguna yang kurang terlayani.
Sebagai strategi pasar, exchanges global memanfaatkan pemasaran akar rumput, seperti membangun komunitas di Telegram, menawarkan program referral, dan mendukung bahasa lokal untuk meningkatkan penetrasi pasar. Namun, banyak dari platform ini beroperasi di grey area hukum, yang berisiko tinggi dengan ketatnya regulasi global.
Pergeseran terjadi, seperti yang terlihat pada Januari 2024 ketika India memblokir akses ke sembilan exchanges asing, termasuk Binance, yang hanya dipulihkan setelah berkomitmen untuk mematuhi regulasi. Di Filipina, SEC memperingatkan Binance dan memerintahkan pemblokiran situsnya pada Maret 2024.
Pergeseran terjadi, seperti yang terlihat pada Januari 2024 ketika India memblokir akses ke sembilan exchanges asing, termasuk Binance, yang hanya dipulihkan setelah berkomitmen untuk mematuhi regulasi. Di Filipina, SEC memperingatkan Binance dan memerintahkan pemblokiran situsnya pada Maret 2024.
Sebagai respon, exchanges global kini berfokus pada kepatuhan hukum yang jelas, bukan lagi beroperasi di grey area ini, menganggap kepatuhan regulasi sebagai dasar untuk operasi yang berkelanjutan. Tren ini diperkirakan akan semakin menguat seiring perkembangan industri kripto.
4. Strategi Penetrasi Pasar
Keberhasilan di pasar kripto Asia membutuhkan pendekatan lokal yang mendalam — jauh melampaui sekadar penerjemahan bahasa. Exchanges kripto perlu mengintegrasikan mata uang lokal, menyesuaikan penawaran aset dengan tren regional, dan terhubung dengan sistem pembayaran setempat.
Di Vietnam, layanan P2P yang mendukung Vietnamese Dong (VND) dan kampanye billboard strategis telah membantu CEXs membangun pijakan yang kuat. Demikian pula, mengadakan acara yang bertepatan dengan festival lokal dapat meningkatkan pengenalan merek dan visibilitas pasar.
Memahami perilaku pengguna juga menjadi faktor krusial. Di negara dengan ekonomi yang bergantung pada remitansi seperti Filipina, platform seperti Coins.ph berhasil menarik pengguna dengan menawarkan solusi remitansi berbasis kripto. Coinbase mengikuti pendekatan serupa dengan memperkenalkan stablecoin berbasis Baht dan Peso untuk meningkatkan aksesibilitas fiat ke kripto. Produk keuangan yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal ini mendorong adopsi di kalangan pengguna ritel.
Selain itu, menjalin kemitraan strategis dengan lembaga keuangan lokal menjadi langkah penting untuk membangun kepercayaan dan memperluas jangkauan. Di Thailand, misalnya, kolaborasi dengan bank memfasilitasi fiat on-ramps, mengurangi hambatan bagi investor ritel.
Untuk bersaing di pasar kripto Asia, CEXs Barat perlu memprioritaskan kepatuhan regulasi, membangun kemitraan ekosistem, dan menciptakan inovasi yang relevan secara lokal.
5. Prospek Masa Depan: Kolaborasi diatas Kompetisi
CEXs Barat kemungkinan akan meraih kesuksesan lebih besar di Asia melalui strategi kolaboratif, bukan dengan menggantikan pemain dominan. Daripada bersaing langsung dengan bursa lokal, mereka dapat menjalin kemitraan sebagai mitra kepatuhan atau penyedia infrastruktur yang selaras dengan regulasi.
Asia menawarkan peluang besar sekaligus tantangan signifikan bagi CEXs Barat. Keberhasilan di pasar ini memerlukan pemahaman mendalam tentang dinamika pasar, perilaku pengguna, dan lanskap regulasi yang terus berkembang, bukan hanya memperluas operasi.
Dengan regulasi kripto yang terus berubah, pendekatan berbasis kepatuhan dan kemitraan akan menjadi kunci bagi bursa Barat yang ingin memperluas jangkauan. Pelajaran utama adalah bahwa pasar Asia bukan untuk ditaklukkan, tetapi untuk diintegrasikan.
🐯 Lainnya dari Tiger Research
Telusuri lebih lanjut laporan yang relevan dengan topik ini:
USDT's Survival Saga: Can the King of Stablecoins Weather the Storm?
National Stablecoins: Asia’s Strategy to Reduce Dollar Dependency
Disclaimer
Laporan ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang dianggap dapat dipercaya. Namun, kami tidak memberikan jaminan, baik secara eksplisit maupun implisit, atas keakuratan, kelengkapan, atau kesesuaian informasi yang disampaikan. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian apa pun yang timbul akibat penggunaan laporan ini atau isi di dalamnya. Kesimpulan dan rekomendasi dalam laporan ini didasarkan pada informasi yang tersedia pada saat penyusunan dan dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan.
Seluruh proyek, estimasi, proyeksi, tujuan, opini, dan pandangan yang tercantum dalam laporan ini dapat berubah tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan pandangan pihak lain atau lembaga lain.
Laporan ini disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat hukum, bisnis, investasi, maupun pajak. Setiap referensi terhadap sekuritas atau aset digital hanya bersifat ilustratif dan tidak dimaksudkan sebagai rekomendasi investasi atau penawaran jasa konsultasi investasi. Materi ini tidak ditujukan bagi investor atau calon investor.
Ketentuan Penggunaan
Tiger Research mengizinkan penggunaan wajar atas report yang telah disusun dan diterbitkan. 'Penggunaan wajar' adalah prinsip yang mengizinkan penggunaan sebagian konten untuk kepentingan publik, selama tidak merugikan nilai komersial materi tersebut. Jika penggunaan sesuai dengan prinsip ini, laporan dapat digunakan tanpa memerlukan izin terlebih dahulu. Namun, saat mengutip laporan Tiger Research, Anda diwajibkan untuk:
Menyebutkan dengan jelas 'Tiger Research' sebagai sumber.
Menyertakan logo Tiger Research (hitam/putih).
Jika materi akan disusun ulang dan diterbitkan kembali, diperlukan persetujuan terpisah. Penggunaan laporan tanpa izin dapat mengakibatkan tindakan hukum.